Minggu, 22 Februari 2015

MAKALAH GENDER DAN BUDAYA YANG MEMPENGARUHINYA


 


 KESEHATAN REPRODUKSI
Gender dan Budaya yang Mempengaruhinya

 









Dosen Pengajar  :  Dwi Widiyastuti, S.SiT
Semester III B

KELOMPOK  3

1.     Darwin Apriyanti
2.     Devita Lia Anis Safitri
3.     Dwi Yulianti
4.     Ota Andriyani
5.     Rini Rusgianti
6.     Siti Aisyah
7.     Siti Sri Ningsih



AKADEMI KEBIDANAN FARAMA  MULYA JAKARTA
TAHUN AJARAN 2014
Jl. Raya Hankam No.9 Jatiwarna Pondok Melati-Bekasi 17415
Telp : (021) 84996291  Fax : 84996291

 

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan mengenai pemaparan tentang Gender dan Budaya yang Mempengaruhinya” sebagai bentuk pemaparan dari sudut pandang masalah kontemporer yang ada di masyarakat.

Ucapan terima kasih kami haturkan kepada
1.        Ibu Dwi Widiyastuti, S.SiT selaku dosen Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi karena atas arahan dan petunjuk dari beliaulah makalah ini dapat disusun dengan baik.
2.        Orang tua yang telah mendukung baik materil maupun nonmateril
3.        Teman-teman satu kelompok yang telah memberikan ide dan saranya

Atas peran dan dukungan dari pihak-pihak tersebut, sehingga makalah kami dapat terselesaikan dengan sebaik mungkin. Tentunya masih menyimpan kesalahan dan kekurangan dikarenakan kurang luasnya referensi atau kurang jelinya penulis untuk menangkap isu-isu detil dari sebuah fenomena yang muncul. Karenanya, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan bagi perbaikan penyusunan makalah-makalah selanjutnya.




Jakarta, 14 November 2014

Penulis





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I  (Pendahuluan)
A.    Latar Belakang ......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C.     Tujuan........................................................................................................ 2

BAB II (Kajian Teori)
A.    Pengertian Gender..................................................................................... 3
B.     Pengertian Seksualitas............................................................................... 3
C.     Penbedaan Gender dan Seksualitas.......................................................... 3
D.    Budaya Yang Mempengaruhi Gender...................................................... 5
E.     Yang menyebabkan trangender dan transeksual....................................... 6
F.      Pengertian Diskriminasi Gender................................................................ 6
G.    Ketidakadilan Gender dalam Pelayanan Kesehatan................................. 8
H.    Isu Gender dalam Kespro......................................................................... 9
I.       Penanganan Isu Gender dalam Kespro..................................................... 10
J.       Upaya Promotif dan Preventif Menurut Leavel dan Clark....................... 10
K.    Kegiatan pada masing-masing tingkat pencegahan................................... 11
L.     Transgender Dan Transeksual................................................................... 13
M.   Yang  Menyebabkan Transgender dan Transeksual.................................. 15
N.    Akibat Dari Transgender dan Transeksual.................................................. 16
O.    Fenomena Transgender dan Transeksual................................................... 17

BAB III  (Penutup)
A.    Kesimpulan................................................................................................ 19
B.     Saran.......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... .... iii



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Realitas adanya perempuan dan laki-laki adalah salah satu  sunnatullah kesetaraan. Alasan kekuatan laki-laki dan kelemahan perempuan bisa kita lihat dari kondisi biologis, emosional, dan akalnya. Namun hal ini tergantung pada kondisi zaman. Bila kita lihat saat ini, kita berada pada zaman informasi dan teknologi, di mana kekuatan fisik tidak lagi mempunyai peran yang menentukan, tetapi yang lebih penting adalah kemampuan manajerial.

Anggapan laki-laki lebih berkuasa dan dominan dalam masyarakat di banyak bidang sangat merugikan kaum perempuan. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa keberadaan perempuan di tengah-tengah laki-laki, misalnya dalam suatu pekerjaan, perempuan selalu mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai dengan keprofesionalannya. Laki-laki meragukan kemampuan yang dimiliki oleh perempuan. Kemampuan perempuan dianggap tidak sepadan dengan laki-laki sehingga dalam suatu lembaga sulit ditemukan perempuan sebagai pemegang kendali atau pimpinan tertinggi di lembaga tersebut. Asumsi masyarakat beranggapan bahwa, perempuan itu lemah, selalu di bawah laki-laki dan selalu menerima. Perempuan identic dengan urusan dapur saja, sedangkan laki-laki adalah orang yang kuat, berfikir rasional dan sebagai penentu. Hal ini bisa mendorong terjadinya transgender dan transeksual.

Gender adalah budaya yang terkonsep feminin atau maskulin yang diciptakan dari aktivitas social bukan pada keaslian. Bukan asli atau murni dilakukan dari awal, tetapi melalui konstruksi atau bentukan manusia itu sendiri. Ideologi gender dalam prosesnya telah menciptakan berbagai konstruksi sosial. Konstruksi sosial ini berproses melalui tradisi sehingga orang menjadi tidak sadar bahwa yang terjadi adalah buatan manusia. Dalam proses sejarah manusia, masyarakat mencampuradukan pengertian jenis kelamin atau seks sehingga terjadi salah pengertian.

Kemudian muncul yang namanya transgender (perubahan perilaku dari maskulin menjadi feminine) dan transeksual (perubahan jenis kelamin). Lalu perbedaan antara transgender dan transeksual itu apa? Jadi yang membedakan keduanya adalah transgender belum pasti merupakan transeksual, karena orang yang mengubah sifat dan perilakunya berbanding terbalik dengan kodratnya belum tentu mengubah jenis kelaminnya. Misalnya: laki-laki yang tidak tegas dalam bertindak dan berperilaku, mereka terkesan melambai, berbicara seperti perempuan, dan menyukai hal-hal yang disukai oleh perempuan pada umumnya. Begitupun sebaliknya dengan yang terjadi pada perempuan yang memiliki perilaku menyimpang dari kodratnya, mengubah semua penampilan dan perilakunya seperti laki-laki. Sedangkan transeksual sudah pasti dapat dikatakan transgender. Karena transeksual merupakan perilaku mengubah dirinya secara total termasuk jenis kelamin yang dimiliki, karena factor ketidaknyamanan akhirnya memutuskan untuk berganti jenis kelamin dan mengubah perilakunya secara menyeluruh.

Oleh karena itu berbicara gender berarti bicara tentang sebuah konsepsi yang menunjuk pada suatu sistem peranan dan hubungan antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis saja, melainkan juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial, politik dan juga ekonomi. Hal ini perlu ditegaskan untuk membedakan segala sesuatu yang normatif dan biologis dan segala sesuatu yang merupakan konstruksi sosial budaya.

B.       Rumusan Masalah
Bagaimana kita tenaga kesehatan memandang transgender, transeksual dan budaya yang mempengaruhinya.

C.      Tujuan
-          Mengetahui Pengertian dari Transgender                 
-          Mengetahui Pengertian dari Transeksual                              
-          Menetahui Budaya Yang Mempengaruhi Gender                
-          Mengetahui Bentuk-bentuk Ketidak Adilan Gender                       
-          Mengetahui Isu Gender dalam Kespro                     
-          Mengetahui Penanganan Isu Gender dalam Kespro


BAB II
PEMBAHASAN

1.        Pengertian Gender dan Seksualitas
a.       Pengertian Gender
ü  Gender pada awalnya diambil dari kata dalam bahasa arab JINSIYYUN yang kemudian di adopsi dalam bahasa perancis dan inggris menjadi Gender
ü  Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai social, budaya dan adat istiadat (Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)
ü  Gender adalah peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan secara social. Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat, bukan karena perbedaan biologis (WHO, 1998).

b.      Pengertian Seksualitas
ü  Seksualitas/jenis kelamin adalah karakteristik biologis-anatomis (khususnya system reproduksi dan hormonal) diikuti dengan karakteristik fisiologis tubuh yang menentukan seseorang adalah laki-laki atau perempuan (Depkes RI, 2002:2)
ü  Seksualitas/Jenis Kelamin (seks) adalah perbedaan fisik biologis yang mudah dilihat melalui cirri fisik primer dan secara sekunder yang ada pada kaum laki-laki dan perempuan(Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)
ü  Seksualitas/Jenis Kelamin adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu 9handayani, 2002 :4)
ü  Seks adalah karakteritik genetic/fisiologis atau biologis seseorang yang menunjukkan apakah dia seorang perempuan atau laki-laki (WHO, 1998)

2.        Perbedaan Gender dan Seksualitas
No
Karakteristik
Gender
Seks
1.
Sumber pembeda
Manusia (masyarakat)
Tuhan
2.
Visi, Misi
Kebiasaan
Kesetaraan
3.
Unsur pembeda
Kebudayaan (tingkah laku)
Biologis (alat reproduksi)
4.
Sifat
Harkat, martabat dapat dipertukarkan
Kodrat, tertentu tidak dapat dipertukarkan
5.
Dampak
Terciptanya norma-norma/ketentuan tentang “pantas” atau “tidak pantas” laki-laki pantas menjadi pemimpin, perempuan “pantas’ dipimpin dll. Sering merugikan salah satu pihak, kebetulan adalah perempuan
Terciptanya nilai-nilai : kesempurnaan, kenikmatan, kedamaian dll. Sehingga menguntungkan kedua belah pihak.
6.
Ke-berlaku-an
Dapat berubah, musiman dan berbeda anra kelas
Sepanjang masa dimana saja, tidak mengenal pembedaan kelas.

Menurut Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perbedaan antara Gender dan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Gender
Tidak dapat berubah, contohnya alat kelamin laki-laki dan perempuan
Dapat berubah, contohnya peran dalam kegiatan sehari-hari, seperti banyak perempuan menjadi juru masak jika dirumah, tetapi jika di restoran juru masak lebih banyak laki-laki.
Tidak dapat dipertukarkan, contohnya jakun pada laki-laki dan payudara pada perempuan
Dapat dipertukarkan
Berlaku sepanjang masa, contohnya status sebagai laki-laki atau perempuan
Tergantung budaya dan kebiasaan, contohnya di jawa pada jaman penjajahan belanda kaum perempuan tidak memperoleh hak pendidikan.Setelah Indo merdeka perempuan mempunyai kebebasan mengikuti pendidikan
Berlaku dimana saja, contohnya di rumah, dikantor dan dimanapun berada, seorang laki-laki/perempuan tetap laki-laki dan perempuan
Tergantung budaya setempat, contohnya pembatasan kesempatan di bidang pekerjaan terhadap perempuan dikarenakan budaya setempat antara lain diutamakan untuk menjadi perawat, guru TK, pengasuh anak
Merupakan kodrat Tuhan, contohnya laki-laki mempunyai cirri-ciri utama yang berbeda dengan cirri-ciri utama perempuan yaitu jakun.
Bukan merupakan budaya setempat, contohnya pengaturan jumlah a nak dalam satu keluarga
Ciptaan Tuhan, contohnya perempuan bisa haid, hamil, melahirkan dan menyusui sedang laki-laki tidak.
Buatan manusia, contohnya laki-laki dan perempuan berhak menjadi calon ketua RT, RW, dan kepala desa bahkan presiden.

3.        Budaya yang Mempengaruhi Gender
a.       Sebagian besar masyarakat banyak dianut kepercayaan yang salah tentang apa arti menjadi seorang wanita, dengan akibat yang berbahaya bagi kesehatan wanita.
b.      Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan pria untuk berpikir, berperasaan dan bertindak dengan pola-pola tertentu dengan alas an hanya karena mereka dilahirkan sebagai wanita/pria. Contohnya wanita diharapkan untuk menyiapkan masakan, membawa air dan kayu bakar, merawat anak-anak dan suami. Sedangkan pria bertugas memberikan kesejahteraan bagi keluarga di masa tua serta melindungi keluarga dari ancaman.
c.       Gender dan kegiatan yang dihubungkan dengan jenis kelamin tersebut, semuanya adalah hasil rekayasa masyarakat. Beberapa kegiatan seperti menyiapkan makanan dan merawat anak adalah dianggap sebagai “kegiatan wanita”.
d.      Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain diseluruh dunia, tergantung pada kebiasaan, hokum dan agama yang dianut oleh masyarakat tersebut.
e.       Peran jenis kelamin bahkan bisa tidak sama didalam suatu masyarakat, tergantung pada tingkat pendidikan, suku dan umurnya, contohnya : di dalam suatu masyarakat, wanita dari suku tertentu biasanya bekerja menjadi pembantu rumah tangga, sedang wanita lain mempunyai pilihan yang lebih luas tentang pekerjaan yang bisa mereka pegang.
f.       Peran gender diajarkan secara turun temurun dari orang tua ke anaknya. Sejak anak berusia muda, orang tua telah memberlakukan anak perempuan dan laki-laki berbeda, meskipun kadang tanpa mereka sadari

4.        Pengertian Diskriminasi Gender
Diskriminasi gender adalah adanya perbedaan, pengecualian/pembatasan yang dibuat berdasarkan peran dan norma gender yang dikonstruksi secara social yang mencegah seseorang untuk menikmati HAM secara penuh.

5.        Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender
a.       Gender dan Marginalisasi Perempuan
Bentuk manifestasi ketidakadilan gender adalah proses marginalisasi/pemiskinan terhadap kaum perempuan. Ada beberapa mekanisme proses marginalisasi kaum perempuan karena perbedaan gender. Dari segi sumbernya bisa berasal dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, keyakinan tradisi dan kebiasaan bahkan asumsi ilmu pengetahuan, misalnya marginalisasi dibidang pertanian, contohnya revolusi hijau yang memfokuskan pada laki-laki mengakibatkan banyak perempuan tergeser dan menjadi miskin. Contoh lain adanya pekerjaan khusus perempuan seperti : guru anak2, pekerja pabrik yang berakibat pada penggajian yang rendah. Contoh lain : upah wanita lebih kecil, izin usaha wanita harus diketahui ayah (jika masih lajang) dan suami jika udah menikah, permohonan kredit harus seijin suami, pembatasan kesempatan dibidang pekerjaan terhadap wanita, kemajuan tehnologi industry meminggirkan peran serta wanita

b.      Gender dan Subordinasi Pekerjaan Perempuan
Subordinasi adalah anggapan tidak penting dalam keputusan politik. Perempuan tersubordinasi oleh factor yang dikonstruksikan secara social. Hal ini disebabkan karena belum terkoordinasi konsep gender dalam masyarakat yang mengakibatkan adanya diskriminasi kerja bagi perempuan.Contoh ;wanita sebagai konco wingking, hak kawin wanita dinomor duakan, bagian warisan wanita lebih sedikit, wanita dinomor duakan dalam peluang bidang politik, jabatan, karir dan pendidikan.

c.       Gender dan Sterotip atas Pekerjaan Perempuan
Stereotip adalah pelabelan terhadap suatu kelompok / jenis pekerjaan tertentu. Stereotip adalah bentuk ketidakadilan. Secara umum stereotip merupakan pelabelan/penandaan terhadap kelompok tertentu dan biasanya pelabelan ini selalu berakibat pada ketidakadilan, sehingga dinamakan pelabelan negative.Hal ini disebabkan pelabelan yang sudah melekat pada laki-laki misalnya manusia yang kuat, rasional, jantan, perkasa. Sedangkan perempuan adalah mahkluk yang lembut, cantik dan keibuan.Contoh : Wanita-sumur-dapur-kasur, Wanita macak-masak-manak, laki-laki tlang punggung keluarga, kehebatan pada kemampuan seksualnya, Laki-laki mata keranjang, janda mudah dirayu.

d.      Gender dan Kekerasan Terhadap Perempuan
Kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologi seseorang. Kekerasan terhadap manusia sumbernya macam-macam namun ada satu jenis kekerasan yang bersumber anggapan gender. Kekerasan terhadap perempuan merupakan kekerasan yang disebabkan adanya keyakinan gender. Bentuk kekerasan ini tidak selalu terjadi antara laki-laki terhadap perempuan akan tetapi antara perempuan dengan perempuan atau erempuan dengan laki-laki. Meskipun demikian perempuan menjadi lebih rentan karena posisinya yang pincang dimata masyarakat baik secara ekonomi, social atau politik. Posisi perempuan dianggap lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Kekerasan fisik : perkosaan, pemukulan, dan penyiksaan. Non fisik : pelecehan seksual, ancaman, dan paksaan. Contoh ; Eksploitsi terhadap wanita, pelecehan terhadap wanita, perkosaan, wanita jadi obyek iklan, laki-laki sebagai pencari nafkah,suami membatasi uang belanja dan memonitor pengeluarannya, istri menghina/mencela kemampuan seksual.

e.       Gender dan Beban kerja Lebih Berat
Dengan berkembangnya wawasan kemitrasejajaran berdasarkan pendekatan gender dalam berbagai aspek kehidupan, maka peran perempuan mengalami perkembangan yang cukup cepat. Namun perlu dicermati bahwa perkembangan perempuan tidaklah “mengubah” peranannya yang “lama” yaitu peranan dalam lingkup rumah tangga (peran reproduktif). Maka dari itu perkembangan peranan perempuan ini sifatnya menambah, dan umumnya perempuan mengerjakan peranan sekaligus untuk memenuhi tuntutan pembangunan, untuk itulah maka beban kerja perempuan terkesan berlebihan. Contoh :wanita bekerja diluar rumah atau dirumah, wanita sebagai perawat, pendidik anak sekaligus pendamping suami pencari nafkah kehidupan, laki-laki mencari nafkah utama sekaligus sopir keluarga.

6.        Ketidaksetaraan dan Ketidakadilan Gender dalam Pelayanan Kesehatan
a.       Ketidak-setaraan Gender
Ketidak-setaraan gender merupakan keadaan diskriminatif (sebagai akibat dari perbedaan jenis kelamin) dalam memperoleh kesempatan, pembagian sumber-sumber dan hasil pembangunan serta kses terhadap pelayanan. Contonya sebagai berikut :
·         Bisa gender dalam penelitian kesehatan
Ada indikasi bahwa penelitian kesehatan mempunyai tingkat bias gender nyata baik dalam pemilihan topic, metode yang digunakan, atau analisa data. Gangguan kesehatan biasa yang mengakibatkan gangguan berarti pada perempuan tidak mendapat perhatian bila tidak mempengaruhi fungsi reproduksi.

·         Perbedaan gender dalam akses terhadap pelayanan kesehatan
Berbeda dengan Negara maju kaum perempuan dinegara berkembang pada umumnya belum dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan. Perempuan yang mengalami depresi karena kekerasan domestic yang dilakukan oleh pasangannya hanya diobati dengan antidepresan tanpa diberi dalam mengatasi masalah gender yang melatarbelaknginya.

b.      Ketidak-adilan Gender
Dalam berbagai aspek ketidak-setaraan gender tersebut sering ditemukan pula ketidakadilan gender yaitu ketidakadilan berdasarkan norma dan standart yang belaku. Ketidakadilan adalah ketidaksetaraan yang tidak pantas atau tidak adil.

Definisi “keadilan gender dalam kesehatan” menurut WHO mengandung 2 aspek :
a.       Keadilan dalam status kesehatan yaitu tercapainya derajat kesehatan yang setinggi mungkin (fisik, psikologi dan social).
b.      Keadilan dalam pelayanan kesehatan yang berarti bahwa pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan tanpa tergntung pada kedudukan social dan diberikan sebagai respon terhadap harapan yang pantas dari masyarakat dengan penarikan biaya pelayanan yang sesuai dengan kemampuan. Sebagai strategi operasional dalam mencapai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dianjurkan melakukan pengarus-utamaan gender (PUG).

7.        Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi
Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan laki-laki dan perempuan yaitu adanya kesenjangan antara kondisi yang dicita-citakan (normatif) dengan kondisi sebagaimana adanya (obyektif).
a.       Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (Safe Motherhood)
b.      Keluarga Berencana
c.       Kesehatan Reproduksi Remaja
d.      Infeksi Menular Seksual

8.        Penanganan Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi
Gender mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan laki-laki dan perempuan. Hal ini semakin dirasakan dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi antara lain karena hal berikut :
a.       Masalah kesehatan reproduksidapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia missal masalah inses yang terjadi pada masa anak-anak dirumah, masalah pergaulan bebas , kehamilan remaja.
b.      Perempuan lebih rentan dalam menghadapi resiko kesehatan reproduksi seperti kehamilan, melahirkan, aborsi tidak aman dan pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksi yang rentan secara social atau biologis terhadap penularan IMS termasuk STD/HIV/AIDS.
c.       Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisah dari hubungan laki-laki dan perempuan. Namun keterlibatan , motivasi serta partisipasi laki-laki dalam kespro dewasa ini sangat kurang.
d.      Laki-laki juga mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khusunya berkaitan dengan IMS. HIV, dan AIDS. Karena ini dalam menyusun strategi untuk memperbaiki kespro harus dipertimbangkan pula kebutuhan, kepedulian dan tanggung jawab laki-laki.
e.       Perempuan rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga 9kekerasan domestic) atau perlakuan kasar yang pada dasarnya bersumber gender yamg tidak setara.
f.       Kesehatan reproduksi lebih banyak dikaitkan dengan urusan perempuan seperti KB

9.        Upaya Promotif dan Preventif Menurut Leavel dan Clark
Dalam kesehatan masyarakat ada lima tingkatan pencegahan penyakit dari leavel dan Clark yaitu :
a.       Peningkatan kesehatan (health promotion)
b.      Perlindungan umum dan khusus terhada penyakit tertentu (spesifik protection)
c.       Menegkkan diagnose secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat ( early diagnosis and promotion)
d.      Pembatasan kecacatan ( disssability limitation)
e.       Pemulihan kesehatan (rehabilitation)

Peningkatan kesehatan dan perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu adalah usaha yang dilakukan sebelum sakit (pre pathogenesis) dan disebut pencegahan primer. Penengakan diagnosis secara dini dan pengobatan yg cepat dan tepat, pembatasan kecacatan dan pemulihan kesehatan adalah usaha-usaha yang dilakukan pada waktu sakit (pathogenesis). Penengakan diagnosis secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat disebut pencegahan tersier. Agar mudah dipahami dapat dilihat pada skema dibawah ini :
Fase Prepatogenesis
-          Peningkatan kesehatan
-          Perlindungan umum dan spesifik ---> pencegahan primer

Fase Patogenesis
-          Penengakan diagnose dini dan pengobatan yg cepat --- > pencegahan sekun
-          Pembatasan kecacatan
Pencegahan tersier
- Pemulihan kesehatan

10.    Kegiatan pada masing-masing tingkat pencegahan :
a.         Peningkatan Kesehatan (health promotion)
ü  Perbaikan dan peningkatan gizi
ü  Perbaikan dan pemeliharaan kesehatan perorangan
ü  Perbaikan higiene & sanitasi lingkungan seperti : penyediaan air bersih, perbaikan dan penyediaan tempat pembuangan sampah dan perumahan sehat
ü  Pendidikan kesehatan terhadap masyarakat
ü  Olah raga secara teratur
ü  Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk kemungkinan perkembangan kesehatan mental & sosial
ü  Nasehat & perkawinan serta pendidikan seks yang bertanggung jawab

b.      Perlindungan Umum dan Khusus Terhadap Penyakit2 Tertentu (spesifik protection)
·           Memberi perlindungan khusus terhadap suatu penyakit
Misal : penggunaan kondom untuk mencegah HIV/AIDS, penggunaan sarung tangan & masker saat bekerja sebagai tenakes
·           Isolasi terhadap penyakit menular
·           Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan di tempat umum & di tempat kerja.
·           Perlindungan terhadap bahan2 yg bersifat karsinogenik, bahan racun maupun alergi
·           Pengendalian sumber-sumber pencemaran

c.       Menegakkan Diagnosa Secara Dini dan Pengobatan yang Cepat dan Tepat (early diagnosis and promotion)
<  Mencari kasus sedini mungkin (case finding)
<  Melakukan pemeriksaan kesehatan umum secara rutin
<  Pengawasan selektif terhadap penyakit tertentu sprt penyakit kusta, TBC
<  Meningkatakan keteraturan pengobatan terhadap penderita (case holding)I
<  Mencari orang2 yg pernah berhubungan dgn penderita penyakit menular (contact person)
<  Pemberian pengobatan yg tepat pada setiap permulaan kasus.
<  Pembatasan Kecacatan (disability limitation)
<  Kurangnya kesadaran masy tentang kesehatan shg masy tidak melanjutkan pengobatan scr tuntas shg dapat menyebabkan terjadi cacat atau ketidakmampuan.
Misal : penganan secara tuntas pd kasus infeksi organ reproduksi untuk mencegah terjadinya infertilitas.
<  Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan & perawatan yang lebih intensif
<  Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan

d.      Pemulihan Kesehatan (rehabilitation)
? Penkes perlu bukan hanya untuk orang yang cacat tapi juga untuk masyarakat. Misal ; Pusat rehabilitasi bagi korban kekerasan, rehabilitasi PSK, dan korban narkoba
? Mengembangkan lembaga rehabilitasi dgn mengikutsertakan masy
? Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dgn memberikan dukungan moral tidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
? Mengusahakan perkampungan rehabilitasi social sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
? Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.


TRANSGENDER DAN TRANSEKSUAL

A.    Transgender yang Menjadi Awal Mula
Karena ketika transgender menetap pada individu, hal itu akan berkembang menjadi kebimbangan gender pada individu itu sendiri. Ketika individu mulai bingung terhadap identitas gendernya, maka individu bisa dikatakan mengalami gangguan identitas gender sehingga memungkinkan individu untuk mengharapkan berjenis kelamin yang berlawanan dengan jenis kelaminnya sekarang. Hal ini dapat menyebabkan individu tidak puas dan akhirnya merasa tidak nyaman dengan alat seksualnya dan ingin merubah kodrat yang telah dimilikinya.

Lalu bagaimana dengan homoseksual? Dengan mengalami kebingungan terhadap identitas gendernya sendiri, perlahan individu akan mulai merubah orientasi seksualnya. Dalam kasus homoseksual, sedikit kemungkinan bahwa mereka ingin mengganti organ seksualnya. Dapat dikatakan bahwa mereka sudah merasa nyaman dengan organ seksualnya, tetapi merasa berbeda dalam orientasi seksual pada umumnya. Sebenarnya apabila kita menyinggung masalah transgender, bahasan akan menjadi sangat luas berhubungan dengan gangguan identitas gender, homoseksual seperti yang telah disebutkan, transeksual, interseksual, maupun kebingungan terhadap gender yang ia miliki atau biasa dikenal dengan istilah sexconqueer.

B.       TRANSEKSUAL
Berdasarkan kamus APA, transeksual merupakan sebuah bentuk gangguan identitas dimana gangguan ini membuat individu tidak nyaman dan tidak tepat berhubungan dengan anatomi seks yang dimilikinya. Mereka berharap untuk hidup dengan jenis kelamin yang lain dan berkeinginan untuk menyingkirkan organ seksual yang dimilikinya dan menggantinya dengan organ seksual lain.

Dari dua pengertian diatas, apakah kita dapat mengatakan bahwa transgender dan transeksual sama? Kita tidak dapat mengatakan bahwa transgender dan transeksual adalah suatu hal yang sama, tetapi kita dapat mengatakan bahwa keduanya saling berhubungan satu sama lain. Maka, dalam pembahasan kali ini kita tidak dapat menjelaskan transgender dan transeksual secara terpisah melainkan penjelasan berkelanjutan sesuai dengan hubungan keduanya yang saling berkaitan. Di dalamWomen’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Maka, gender secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya, sedangkan seks secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi.

Istilah seks (dalam kamus bahasa Indonesia juga berarti “jenis kelamin”) lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Sedangkan gender lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non biologis lainnya.

Studi gender lebih menekankan pada aspek maskulinitas (masculinity) atau feminitas (femininity) seseorang. Berbeda dengan studi seks yang lebih menekankan kepada aspek anatomi biologi dan komposisi kimia dalam tubuh laki-laki (maleness) dan perempuan (femaleness). Proses pertumbuhan anak (child) menjadi seorang laki-laki (being a man) atau menjadi seorang perempuan (being a woman), lebih banyak digunakan istilah gender dari pada istilah seks. Istilah seks umumnya digunakan untuk merujuk kepada persoalan reproduksi dan aktivitas seksual (love-making activities), selebihnya digunakan istilah gender. Nah itu yang disebut dengan gender lalu jika kita menyebut dari kata transgender pasti kita akan tambah penasaran, apakah ada perbedaan dengan transeksual?

Dalam transgender, individu mempunyai peran yang berbeda dengan gender yang dimilikinya, dimana ada kemungkinan bahwa individu menggunakan pakaian-pakaian yang berlawanan dengan jenis kelaminnya (transvetism cross-dressing), baik secara rutin maupun tidak. Transgender dapat mengarah ke transeksual karena perubahan peran dan penampilan individu dapat berkembang kearah ketidaknyamanan dengan gender asli yang dimilikinya. Dapat dikatakan bahwa transgender juga mengalami gangguan identitas gender. Pada transgender, orientasi seksual belum tentu berubah tetapi kemungkinan orientasi seksual berubah sangat besar karena peran yang dijalankan dan penampilan yang ditunjukkan juga sudah berbeda. Selain itu, perlu diketahui bahwa transgender tidak atau belum membuang dan merubah organ seksualnya.

Lalu bagaimana dengan transeksual? Pada transeksual, individu benar-benar merasa terperangkap dalam tubuh dan organ seksual yang salah sehingga mereka berkeinginan untuk membuang dan mengganti organ kelaminnya. Sebagai contoh, individu dengan fisik laki-laki merasa bahwa ia seharusnya dilahirkan dan hidup sebagai perempuan sehingga ia membuang organ kelaminnya (penis) dan melanjutkan hidup sebagai perempuan. Contoh nyata lainnya adalah Dorce Gamalama dan Nong Poy. Selain itu, para individu transeksual juga secara tidak langsung memiliki orientasi seksual yang berbeda. Maksudnya adalah, apabila individu laki-laki yang transeksual menjadi perempuan, orientasi seksualnya akan berubah menjadi laki-laki dan sebaliknya.

C.      Yang  Menyebabkan Transgender dan Transeksual
Transeksual dan transgender dapat diakibatkan faktor bawaan (hormon dan gen), dimana individu memiliki lebih banyak hormon lawan jenis maupun genetik yang lebih mengarah ke lawan jenis. Maskulinitas dan feminimitas dibentuk secara kulturak dengan tidak membiasakan atau menganggap aneh anak laki-laki melakukan aktivitas perempuan, sedangkan perempuan tidak disoroti apabila melakukan melakukan aktivitas laki-laki dan mengenakan pakaian laki-laki dan masih diterima dalam standar perilaku perempuan. Apabila perilaku dari peran gender terbentuk, beberapa mengatakan bahwa transeksual dan transgender dapat terbentuk akibat peran lingkungan. Faktor lingkungan lebih berperan sebagai penguat dalam perilaku cross-gender. Ada beberapa orangtua maupun kerabat yang terkadang memberikan penguat terhadap perilaku itu. Sebagai contoh, perilaku cross-gender terkadang sering dilakukan oleh anak kecil pada suatu waktu. Ada orangtua yang tidak berani atau melarang apabila anak mereka memakai pakaian perempuan. Akan tetapi, terkadang beberapa anggota keluarga menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang lucu dan imut. Respon inilah yang dapat menjadi penguat dan berkontribusi dalam identitas gender sang anak.

D.      Akibat Dari Transgender dan Transeksual

Yang pertama, kebanyakan dari mereka yang transgender dan transeksual tidak diterima dalam lingkungan pergaulannya sehari-hari. Terkadang mereka ditolak dalam komunitas umum dan cenderung dijauhi oleh orang-orang sekitarnya. Selain itu, mereka cenderung untuk melakukan hubungan seksual secara bebas atau bahkan dengan sesama jenis (karena mereka berpikir bahwa mereka berlawanan jenis) sehingga hubungan ini dapat mengakibatkan atau membuat mereka terjangkit virus HIV dan berujung pada AIDS.

 

Ada beberapa report kasus mengenai perilaku yang di design untuk mengubah perilaku peran seksual (behavioral treatment). Treatment ini sudah termasuk dalam membantu para laki-laki untuk membentuk suatu perilaku spesifik tertentu, seperti manner dan perilaku yang membentuk hubungan interpersonal, untuk terlihat lebih maskulin. Dalam sebuah penelitian, tiga kasus sukses dalam membantu individu mengganti perilaku peran seksualnya dan perubahan tersebut menetap. Dengan adanya hasil ini, terbukti bahwa beberapa perilaku peran seksual dapat diubah, tetapi peneliti pun tidak menjamin bahwa hasilnya akan sama apabila digeneralisasikan. Kebanyakan dari mereka yang transgender, transeksual, dan gangguan identitas gender tidak tertarik dengan sejumlah treatment.


E.       Fenomena Transgender dan transeksual
Pada kenyataan dan realita yang berkembang dalam masyarakat modern saat ini, terdapat fenomena adanya transgender dan transeksual pada sekelompok orang. Adanya transgender dan transeksual bermula dari perkembangan istilah LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). Terdapat perbedaan pengertian dari kedua istilah tersebut, yaitu:
1.      Transgender
Transgender adalah perilaku yang dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan yang diluar kodratnya. Mereka merasa bahwa dirinya bukan merupakan gender yang sekarang membentuk dirinya, sehingga mereka berperilaku dan berpenampilan seperti gender yang mereka inginkan. Contoh sederhana dari para pelaku transgender adalah seorang laki-laki yang berperilaku lemah lembut dan gemulai. Hal itu tentu berlawanan dari kodratnya sebagai sosok laki-laki yang seharusnya kuat dan tegas.

Perilaku yang seperti itu, sebagian besar karena terpengaruh oleh faktor lingkungan disekitarnya. Seorang laki-laki, seperti pekerja salon, lama-kelamaan akan turut berperilaku seperti perempuan karena faktor bawaan pekerjaan yang mengakibatkan dia bersifat melambai seperti lawan jenisnya. Karena kebiasaan itu pula, dia susah untuk mengubahnya dan terperangkap pada gender tersebut yang akhirnya ia nyaman berperilaku seperti itu.

2.      Transeksual
Transeksual merupakan para pelaku transgender yang akhirnya memutuskan untuk berganti jenis kelamin. Selain berperilaku dan berpenampilan seperti lawan jenis, karena faktor ketidaknyamanan biasanya para pelaku transeksual mengubah dan mengganti dirinya secara keseluruhan termasuk alat kelamin mereka, sehingga mereka seutuhnya diidentifikasikan seperti gender yang mereka inginkan. Contohnya adalah yang terjadi pada artis terkenal Dorce Gamalama. Dorce sebenarnya terlahir sebagai seorang laki-laki yang bernama Dedi Yuliardi Ashadi. Dorce menyadari akan kecenderungannya yang lebih tertarik pada seorang laki-laki sejak SMP. Sifat femininnya semakin terlihat saat ia mendapatkan peran sebagai seorang wanita dalam sebuah panggung lawak. Sejak saat itu, Dorce semakin merasa terperangkap dalam tubuh laki-lakinya yang sebenarnya tidak sesuai dengan gender yang dia inginkan. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk berganti jenis kelamin dan karirnya masih cemerlang hingga saat ini.

Transgender dan transeksual tidaklah sama. Seorang transeksual sudah pasti merupakan seorang transgender. Para pelaku transgender biasanya hanya berdandan, berpenampilan, dan bertranformasi sesuai dengan gender yang mereka inginkan. Sedangkan transeksual, mereka tidak akan pernah puas dengan hanyaterlihat sesuai dengan gender yang mereka inginkan. Perubahan ekstrem pun tentu mereka lakukan, termasuk mengubah fungsi seksual mereka agar identitas mereka berganti secara seutuhnya.

Tidak dapat dipungkiri, masyarakat masih sulit menemukan para pelaku transgender dan transeksual, mereka adalah sosok yang berbeda dan cenderung ekslusif karena hanya bisa ditemui di tempat-tempat tertentu saja. Hanya sebagian orang saja dari mereka yang percaya diri memproklamirkan diri mereka sebagai seorang transgender ataupun transeksual. Namun, pada kenyataannya masyarakat masih belum bisa menerima keberadaan mereka di lingkungan sekitarnya. Ada standarisasi sosial yang mengakibatkan mereka terdiskriminasi dari pergaulan sosial. Padahal mereka juga butuh berkomunikasi dan memiliki hubungan sosial dengan masyarakat lainnya. Sebab, komunikasi berperan penting dalam perkembangan dan kelangsungan hidup seseorang. Dengan berkomunikasi, seseorang bisa mengeluarkan aspirasi, menerima, dan menyampaikan pesan kepada yang lainnya. Oleh karena itu, penting untuk menerima orang lain dengan apa adanya selama itu itu tidak merugikan diri dan lingkungan sekitar kita.














BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Gender pada awalnya diambil dari kata dalam bahasa arab JINSIYYUN yang kemudian di adopsi dalam bahasa perancis dan inggris menjadi Gender. Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai social, budaya dan adat istiadat (Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003). Gender adalah pera dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan secara social. Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat, bukan karena perbedaan biologis (WHO, 1998).

Transgender dapat mengarah ke transeksual karena perubahan peran dan penampilan individu dapat berkembang kearah ketidaknyamanan dengan gender asli yang dimilikinya. Dapat dikatakan bahwa transgender juga mengalami gangguan identitas gender. Pada transgender, orientasi seksual belum tentu berubah tetapi kemungkinan orientasi seksual berubah sangat besar karena peran yang dijalankan dan penampilan yang ditunjukkan juga sudah berbeda.


B.       SARAN
Setelah kita mengetahui apa itu transgender dan transeksual, kita dapat mencegah dan menghindarinya. Menerima apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. karna semua yang kita miliki saat ini itulah yang terbaik untuk kita. tidak semua orang bisa menjadi seperti diri kita, banggalah terhadap dirimu sendiri. Sayangilah dirimu sebelum kamu menyayangi orang lain. Dan kenalilah siapa dirimu sebelum kamu mengenali orang lain.








DAFTAR PUSTAKA

-            Depkes RI, 2001. Yang Perlu Diketahui Petugas Kesehatan tentang : Kesehatan Reproduksi, Depkes, Jakarta.
-            Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: P.T. Bumi Aksara, 2006.
-            Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti HEDS-JICA.Per kem bangan
-            Peserta Didik. Jakarta: Tim Pembina Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik, 2007.
-            Ramadhani, Nurul. 2009. Gender dalam Bidang Kesehatan. Bandung : Alfa Beta



                                                                                        








Tidak ada komentar:

Posting Komentar